loading...
berbagi-itu-indah-dan-menyenangkan

12 April, 2002

MUHASABAH


MUHASABAH
########

Assalamu'alaikum Wr Wb,

Segala Puja dan Puji bagi 4JJI Ta'ala yang memang patut kita Puja dan Puji setiap hela nafas kita, tak lupa sholawat dan salam kita berikan pada pemimpin dunia Rosululloh saw, beserta sahabat-sahabat, kerabat dan keluarganya.

Rosulloh pernah di tanya oleh sahabat nya :

sahabat = Ya Rosul siapa yang patut saya hormati di dunia
Rosul menjawab = Ibu mu (hingga 3x) lalu yang terakhir bapakmu

Maaf kalo in repost, saya hanya bermaksud mengajak bermusabah dengan cerita yang ini,


“Bu, lapar !” rengek anak kecil yang sedang berada
di pangkuannya. Wanita itu menatap dengan lembut
anaknya. Hatinya terasa teriris-iris. Dipandangi gubug
reyot tempatnya tinggal, tidak ada sama sekali
makanan yang masih tersisa. Hanya ada air putih yang
masih tersisa di dalam kendi tanah diatas meja. Perlahan diraihnya kendi tanah itu dan mengulurkan
kucunya ke mulut anak semata wayangnya. Sang anak
meneguk tiga kali berusaha menghilangkan rasa lapar
dengan meminum air. Anak kecil itu menatap wajah Ibunya dengan penuh
rasa sayang, seakan ingin mengucapkan rasa terima
kasih yang sangat dalam. Tangan kecilnya meraih
keatas mengusap air mata bening yang keluar dari
kelopak mata Ibunya. ”Mengapa Ibu menangis?” tanya sang anak
perlahan. Wanita itu menghela nafas panjang, dia berfikir tidak
mungkin menjelaskan apa yang sedang difikirkannya
kepada anak kecil ini. Ini tentang beban hidupnya yang
sangat berat, bahkan dia selalu berusaha tegar
terhadap semua keterbatasan yang dia miliki. ”Nggak apa-apa kok sayang, bobok lagi saja !”, ujar
sang wanita lembut seakan ingin menciptakan
ketentraman di hati anaknya. Sang anak menatap lebih dalam ke arah mata Ibunya,
seakan mencoba mencari tahu alasan mengapa Ibunya
menangis. ”Aku tahu beban Ibu sangat berat”, celetuk polos
sang anak yang membuat Ibunya sedikit tersentak. ”Aku tahu dengan segala keterbatasan Ibu, Ibu selalu
berusaha untuk mencukupi segala kebutuhanku. Ibu
menjadi buruh mencuci, kadang-kadang Ibu
mengumpulkan sisa-sisa sampah untuk dijual lagi. Aku
tahu Ibu melakukan itu semua agar aku bisa makan”,
anak kecil itu terus berceloteh untuk membuat Ibunya bangga. ”Tapi Ibu tidak bisa menyekolahkanmu, anakku !”
jawab sang Ibu dengan penuh penyesalan. ”Ibuku sayang !”, kata sang anak sambil bangkit dari
tidurnya. Diletakkan kedua tangannya di pangkuan
Ibunya seakan ingin memberikan kekuatan kepada
orang yang paling dicintainya. ”Ibu tidak menyekolahkanku, tetapi setiap malam Ibu
mengajariku membaca, berhitung, mengaji, atau
pengetahuan-pengetahuan baru dari kertas koran
bekas yang kita kumpulkan. Semakin hari aku semakin
mengerti tentang ilmu-ilmu baru, bahkan mungkin jauh
lebih banyak dari teman-teman sebayaku”, jawab sang anak tulus dan bangga. ”Iya, tapi aku tak mampu menyekolahkanmu di SD di
kampung kita. Coba kalau Ibu mampu maka kamu nanti
bisa punya ijasah melanjutkan ke sekolah yang lebih
tinggi dan masa depanmu akan lebih baik”, sang Ibu
menjawab sambil tertunduk seakan merasa telah
mengeluh terlalu dalam kepada anaknya. Sang anak kecil menggeser duduknya tepat dihadapan
sang Ibu. Dia tersenyum sangat manis, dipijatnya kaki
wanita didepannya. Seorang wanita cantik sebenarnya,
tetapi nampak lebih tua dari umur yang sebenarnya,
apalagi dia harus hidup sendiri sepeninggal suaminya. ”Ibuku sayang, dengan semua yang Ibu bisa, Ibu
sudah memberikan yang terbaik untuk kehidupanku.
Aku bersyukur karena mendapatkan limpahan kasih
sayang yang tiada tara. Ibu selalu mengajariku semua
yang seharusnya aku tahu. Ibu selalu berada
disampingku pada saat aku membutuhkannya. Aku memang ingin sekolah di SD di kampung kita, tetapi aku
lebih ingin mendapatkan cinta yang aku rasakan
selama ini. Aku memang ingin hidup berlimpah ruah
seperti anak-anak kecil sebayaku, tetapi aku lebih ingin
hidup disampingmu karena aku selalu mendapatkan
limpah ruah kasih sayang yang selama ini aku butuhkan.”. Sambil mendekatkan wajah, anak kecil itu melanjutkan
perkataannya, ”Bu, mencintai tak harus sama,
ketulusan untuk mewujudkan cinta jauh lebih penting
dari sekedar menyamakannya dengan kehidupan
orang lain.” Dipeluknya wanita itu dengan penuh kasih sayang,
”Bobok lagi yuk, Ibu harus istirahat, besok kita janji
jam setengah enam sudah di rumah Pak Hadi untuk
mencuci baju” Anak kecil itu menarik selimut kumalnya sampai ke
dada. Membiarkan wanita itu berurai air mata. Tetapi
kali ini bukan karena kesedihan meratapi nasib, justru
karena syukur yang amat dalam karena Tuhan
mengirimkan malaikat kecil untuk mendampingi dan
memperkuat hidupnya. Selamat menjalani hari dengan penuh rahmat

ref : dari seorang teman